About me
White collar at Martha Tilaar Group of companies
https://www.facebook.com/arif.rchman
Bastian sedih sekali.Bleki mati. Bleki batuk-batuk sebentar, terkentut-kentut, lalu mati! Bleki mati waktu mengantar Bastian ke sekolah. Bleki ini bukan anjing Doberman, bukan bulldog, bukan Chihuahua, herder, atau anjing jenis apapun. Bleki adalah vespa kesayangan Bas! Di suatu pagi yang mendung, Bastian seperti biasa berangkat ke sekolahnya, SMA Remedy I, kulon kono kae lho… Dia udah mandi, udah gosok gigi, udah kenyang sarapan supermi en udah wangi henbodi. “Pareng, Bu!”pamitnya ke Ibu yang udah memberinya sangu lima ribu perak. “Ati-ati, ‘Le!”bales Ibu dari dalem. Ibu nggak bisa ngenter Bas sampe luar karena lagi sibuk senam di depan tivi, sambil nyetel VCD bajakan Venna Melinda. Si Bleki udah nangkring dengan sangat anggun di halaman depan rumah Bas. Bersinar diterpa cahaya matahari pagi yang muncul dari celah-celah daun pohon belimbing. Cat hitam glossy-nya bersih dari segala noda. Dipermanis stiker kecil lidah Rolling Stones di pantatnya yang seksi. Segeeer.... Bas mengelus-elus speedometer-nya yang dibingkai logam warna krom. Kemudian, ngaca-ngaca di spion! Ngebenerin poni Beatles-nya, melicinkan kemeja kotak-kotak merah-item Cobain di atas seragam SMA-nya, dan mengeluarkan sebiji upil kecil dari lobang hidungnya. Merasa cukup ganteng, Bas men-starter vespa butut itu. “Tok otok otok otok otok…,” bunyi Si Bleki begitu merdu terdengar. Bas bersiul-siul mengendarai Si Bleki keluar halaman rumahnya. Lima ratus meter pertama begitu bahagia. Diiringi bunyi cuit-cuit burung tetangga kayak di lagu Loving You-nya Minnie Ripperton. Tapi, entah kenapa saat memasuki meter ke 550, Bleki cegukan. Mesinnya menderu aneh, dan.... Mati! Bas merenung sejenak. Disadarinya Si Bleki ngadat. Bas mencoba men-starter lagi. Nyala lagi. Jalan lagi. Siul-siul lagi. Bahagia dan senaaang...! Nggak berapa lama, Si Bleki kembali batuk-batuk, terkentut-kentut, lalu mati. Bas merenung untuk kesekian kalinya. Hah! Si Bleki ngadat lagi! “Bleki, kenapa sih?” bujuk Bas sambil men-starter. Sialnya, sekarang sepertinya Si Bleki ngambeknya agak parah. Dia benar-benar ogah hidup! “Uuuh, sayaaang.... Jangan mati dong, cinta!” Bastian dengan panik menggenjot slah-slahan Si Bleki. Tapi, Bleki tetap cuek. Bastian panik! “Aduh, gimana nih kalo ada apa-apa sama Bleki?” batinnya menjerit. Yap, Bleki sangat berarti buat Bastian. Segala pahit-manis hidup, sampe kecutnya ketek, udah mereka alami bersama. Dengan Bleki, Bastian telah mendaki gunung, lewati lembah, mengarungi samudera, memberantas keperawanan bak pendekar harum.... Apa yang bisa dia lakukan jika Bleki nggak ada lagi di sampingnya??? (Halah! Opo sih?!) **** “Ada apa, Ki Sanak?” tiba-tiba seorang cewek udah muncul di depan Ben. Cewek ini manis sekali. Kulitnya putih, matanya bulat besar, rambutnya hitam panjang.... Dan, untungnya punggungnya nggak bolong! Dia make sweeter hitam rajutan di atas seragam putih abu-abunya. “Ini, Nyai… Si Bleki mogok. Kira-kira kenapa ya?” sahut Bastian cemas. “Hmmmm…,”si cewek melihat-lihat vespa itu sejenak. Lalu berkata, “Kenapa nggak dibenerin?” “Wah, aku nggak ngerti ngebengkel! Cuma bisa nunggang doang.” “Oooo…,” kali ini tuh cewek manggut-manggut. Diamatinya sekali lagi vespa Bas dari berbagai sudut. Diputer, dijilat, terus.... Dicelup? Akh! Ya nggak lah! Pokoknya, bagai dokter hewan memeriksa sapi cacingan, tuh cewek meraba-raba, mengelus-elus, menekan beberapa bagian tubuh Bleki dengan seksama. Dia bahkan menempelkan telinganya ke bokong Bleki. Berharap mendengan detak jantung kali yee? Hehehe.... Bastian hanya bisa melihat dengan pasrah dan heran. Nih cewek ngapain sih?! “Kayaknya musti dibongkar, Mas,” cetusnya. “Hah?” Belum habis heran Bastian, dia udah nurunin tas ranselnya ke trotoar. Terus, membuka sweeter-nya. Kayak udah mau kerja keras aja lah! Terlihat badge seragamnya: STM Rewo-Rewo I. Walaaah.... Ternyata anak STM tho! Singkat kata, lima belas menit berselang Bleki dengan resmi dioperasi oleh cewek STM itu! Sekarang, dia bersimbah peluh dan tangannya berlumuran oli. Dia keliatan asik mengutak-atik onderdil Bleki. Bastian hanya mengamati sambil sesekali jadi asistennya ngambilin alat-alat bengkel dari tas ransel. Berasa di serial E.R. deh! “Kunci busi,” teriak tuh cewek singkat. Bastian mengulurkan kunci busi. “Obeng,” teriaknya lagi. Bastian mengulurkan obeng. “Ovale Face Papper,” “Hah???” “Ovale Face Paper extra! Kertas wajah untuk kulit berminyak, membantu mengangkat minyak dari wajah Anda tanpa merusak tata rias.” “Oooh....” Bastian pun mengulurkan kertas yang dimaksud. “Tolong lap jidatku dong! Tanganku kotor. Entar cemong-cemong lagi,” repetnya sambil tetap mengutak-atik Bleki. Bastian manut. Disibakkannya polem si cewek (“Alhamdullilah, nggak nonong,” batin Bastian agak was-was), lalu dengan penuh perasaan diusapkannya kertas minyak itu ke jidat yang keringetan, biar keringetnya hilang dan nggak jadi jerawat. “ALINA!!!” tiba-tiba terdengar suara cowok menggelegar. Cowok. Gentho STM. Cewek di depan Bas menengok. Dia keliatan terkesiap. “RAY???” ucapnya terbata-bata. Alina? Ray? Kok kayak di film Catatan Akhir Sekolah? Bedanya, Ray yang sedang jutek, yang berdiri di depan Bastian ini, nggak mirip Christian Sugiono. Mirip udelnya pun nggak! Cuma tinggi gede doang! “Ngapain kamu di sini?! Nih cowok siapa?!” Ray membentak-bentak Alina. “Dengerin aku dulu, Ray…. Ini…. Siapa nama kamu?” “Eh, Bastian.” “Ini, Bas. Vespanya mogok. Ya udah, aku bantuin benerin. Kamu tau kan, semakin besar kekuatan atau kemampuan yang kita punya, semakin besar pula tanggung jawab kita pada masyarakat!” “Tapi nggak gitu caranya, Alina! Nggak usah pake dielus-elus segala dong!!!” “Aku nggak dielus-elus kok. Aku cuma minta dipakein Ovale Face Papper, mengangkat minyak di wajah Anda tanpa merusak tata rias.” “Wadefak lah! Ayo ke sekolah! Entar telat! Kita masih punya jadwal sarapan bersama, sayang,” Ray lalu menggondol Alina pergi. “Lho…, lho…. Terus..., terus.... Bleki gimana?” Bastian terisak tertahan memandangi Alina memberesi alat-alat bengkelnya. “Sori, Bleki. Aku nggak bisa menyelamatkanmu…,” ujar cewek itu menyesal. Daripada dipukuli anak-anak STM pagi-pagi dan menyulut tawuran pelajar antara SMA Remedy I dan STM Rewo-Rewo I, Bastian dengan berat hati melepas Alina. **** “Alina…, Alinaaaa…. Tai!” umpat Bas begitu pasangan gentho dan gentha itu berlalu agak jauh. “Gimana nasibmu, ‘Blek? Oooh…. Mai suit Blacky…. Kenapa kamu?!” Dengan kemampun sekadarnya, Bas memasang kembali kap mesin bokong Bleki lagi ke posisi semula. Bas kemudian duduk di jok Si Bleki. Merenung lagi. Ngelus-elus speedometer lagi. Merenung lagi. Gitu terus nggak kelar-kelar. Setelah lima menit berlalu, matahari makin tinggi, lalu lintas makin padat, dan nggak ada gadis STM nongol lagi. Bastian memutuskan untuk mencoba men-starter Si Bleki kembali. Satu…, dua…, tiga…. Slaaah… “Tok otok otok…. Zzzt….” Coba lagi! Satu…, dua…, tiga…. Slaaah…. “Tok otok otok…. Zzzt….” Nggak kapok! Satu…, dua…, tiga…. SLAAAH…!!! “Tok otok otok…. Petoook!!!” Yessss!!! Bastian berhasil!! Si Bleki hidup lagi! Ini keajaiban dunia!!! “Yuhuuuu…,” Bastian menggeber vespanya sepanjang jalan dengan gembira. Nggak pernah dia sebahagia itu sebelumnya. Tapi..., Tuhan berkehendak lain. Bleki kembali batuk-batuk berdahak, lalu mogok dengan sukses. Bas merenung sejenak. Lalu, disadarinya Bleki ngadat LAGI! “AAARGH…! Mengapa Kau timpakan cobaan ini padaku, Tuhan???” Bastian nyaris putus asa. JLEGEEERRRR.... Kilat menyambar. Guntur menggelegar. Langit terbelah. Dan, bumi pun bergetar!!! Eh, bukan ding! Bumi nggak bergetar. Saku celana Bastian yang bergetar. Ada SMS. Dari Mama? Le, td mlm vespamu dpke bpk&ibu cr soto. Lha ibu lper bgt hbs diet seharian,he2. Kykny bensinnya hbs, dbLiin dLu y, Le. Slmt bljr, Nak, penuh semangat. Rajinlah sll tentu kaw dpt. Hormati gurumu sayangi teman. Ouw…, F**CK!!! Bensin abis? Tau gitu dari tadi aja isi bensin!!! Nggak usah pake ketemu Alina tai dan pacar gentho-nya itu! Bastian pun misuh-misuh mendorong Bleki ke SPBU terdekat. |